IbadahYang Sejati. Umum July 19, 2008 Riva Sinjal 1. ibadah yang sejati 1 persembahan yang hidup 1. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: July 31, 2020 427 views IBADAH YANG SEJATI ROMA 121-3 Ibadah yang sejati merupakan ibadah yang berkenan kepada TUHAN. Ibadah itu tidaklah sebatas sebuah persekutuan yang melakukan ritus di tempat-tempat tertentu. Atau sebatas kegiatan liturgis pada waktu-waktu tertentu, dan atau urusan pribadi dengan Tuhan. Ibadah dalam konsep Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mempunyai arti pelayanan. Dalam istilah Ibrani disebut avoda sedangkan dalam bahasa Yunani disebut latreia. Istilah avoda merujuk kepada ibadah di kuil dan khusus lebih mengarah dalam hal berdoa. Ibadah sebenarnya merupakan suatu pelayanan yang dipersembahkan/ ketaatan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di Bait Suci berdoa, tetapi juga dalam arti pelayanan kepada sesama Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang perlu kita lakukan agar ibadah kita berkenan kepada TUHAN? Pertama, kita harus mempersembahkan totalitas kehidupan kita kepada TUHAN ay. 1. Arti “mempersembahkan” ialah menyerahkan diri secara total dan dalam keadaan “hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah” bukan asal apa adanya! Apa yang menjadi kehendak-Nya? Tuhan berkata kepada Samuel tentang Daud, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi …. Tuhan melihat hati” 1Sam. 167. Hati yang mengasihi, hati yang taat, hati yang murni, hati yang bersih! Tuntutan Tuhan “dengan segenap hati” Ul. 65; “bersungguh hati” 2Taw. 169. Raja Hizkia dinyatakan dalam Firman, “Semuanya dilakukannya dengan segenap hati sehingga segala usaha- nya berhasil” 2Taw. 3121 – dia berhasil karena melakukan tugasnya dengan segenap hati. Serahkan hidupmu dengan segenap hatimu bukan dengan setengah hati dan nya takan seperti nabi Yesaya, “ini aku, utuslah aku!” Yes. 68. Ini adalah sikap yang benar, “bahwa kamu bukan milik kamu sendiri” 1Kor. 619-20. Kedua, kita harus mampu memperbarui pola pikir kita ay. 2. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah ….” ay. 2. Serupa dengan dunia harus dihindarkan tetapi kita harus tampil beda. Hal-hal yang duniawi harus menjadi hal- hal yang rohaniawi! Dan ini dapat terjadi lewat “pembaharuan budimu”. Kata “budi” atau “akal budi” dapat diartikan pikiran. Jadi adakan perubahan pemikiran atau pola pikir kita. Bagaimana pelaksanaan perubahan dapat terjadi? Rasul Yakobus berkata “terimalah dengan lemah lembut firman yang telah tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu” Yak. 121 sedangkan “jiwamu” terdiri dari 3 unsur yaitu kehendak, pikiran dan perasaan. Dibutuhkan Firman tetapi juga dibutuhkan kuasa Roh Kudus untuk memperbarui pikiran kita! Rasul Paulus berkata, “supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna” Kol. 19 dan sebagai akibatnya kita akan “berpikir seperti Kristus” dan “berbuat seperti Kristus”. Mampukah manusia berubah? Saulus berubah, Zakeus berubah karena mereka dijamah dengan kuasa-Nya baca Kis. 9 dan Luk. 19. Ketiga, kita harus mampu menguasai diri dalam pelayanan ay. 3. Apa yang telah Tuhan karuniakan dalam kehidupan kita, terimalah dengan tanggung jawab penuh atau gunakan dengan kesungguhan hati. “Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan” ay. 3 tetapi “jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati” ay. 7-8. Pesan Rasul Paulus agar kita melakukannya dengan “hati yang ikhlas …. dengan rajin … dengan sukacita” ay. 8. Hamba yang malas dan tidak berguna akan dibuang oleh Tuhan baca Mat. 2530. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah makna ibadah sejati itu dalam kehidupan kita sehari-hari? Pertama, ibadah sejati adalah ibadah totalitas. Ibadah sejati bukanlah ibadah fenomenal, kelihatan aktif di berbagai kegiatan gereja. Ibadah sejati adalah ibadah totalitas, artinya menyeluruh di dalam seluruh aspek hidup kita. Hal ini diajarkan Paulus di dalam ayat ini dengan mengatakan bahwa kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan/kurban yang hidup. Kata “mempersembahkan” dalam bahasa Yunani bisa diterjemahkan “menyembahkan”. Kembali, kata yang dipergunakan di sini menggunakan bentuk aktif. Berarti, ibadah sejati adalah ibadah yang terjadi ketika kita secara aktif mempersembahkan/menyembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Itulah arti berserah total. Berserah adalah kita berani menyerahkan seluruh hidup kita dikuasai oleh Kristus sebagai Tuhan, Raja, dan Pemerintah hidup kita. Ketika kita menyerahkan hidup kita, dengan kata lain, kita juga harus berani menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan. Di sini, saya menggabungkan konsep berserah dengan menyangkal diri. Ketika kita berserah, di saat yang sama kita menyangkal diri untuk mengatakan “tidak” kepada kehendak kita dan mengatakan “ya” kepada kehendak-Nya. Hal ini diteladani sendiri oleh penulis surat Roma, yaitu Paulus. Paulus adalah salah satu rasul Kristus yang sudah menyerahkan totalitas hidupnya kepada Kristus Flp. 121, dan di saat yang sama, ia bisa mematikan kehendaknya yang berlawanan dengan kehendak Allah. Kapan Paulus berani mematikan kehendak dirinya sendiri? Ketika Paulus mendapatkan suatu hambatan baca 2Kor. 127-9. Para penafsir tidak sepakat ketika menafsirkan arti “duri dalam daging”. Ada yang menafsirkan penyakit, ada juga yang menafsirkan hambatan/halangan dalam pelayanan Paulus. Intinya hanya satu tantangan/hambatan dalam pelayanan Paulus bisa berupa penyakit, dll. Ketika Tuhan menguji Paulus dengan “duri dalam daging”, Paulus pernah berdoa 3x memohon agar Tuhan mencabut duri itu, tetapi Tuhan menolaknya, dan Paulus taat baca ayat 9- 10. Bahkan di dalam penderitaan, Paulus pun dengan berani tetap percaya kepada-Nya 2Tim. 112. Biarlah kita meneladani Paulus sebagai rasul Kristus yang telah menjalankan apa yang diajarkannya sendiri di bagain ini. Adalah suatu ketidakmasukakalan jika orang yang menyanyikan “Aku Berserah”, tetapi masih percaya kepada kehendak diri yang lebih baik daripada kehendak Tuhan. Kedua, ibadah sejati adalah ibadah yang kudus. Bukan saja sebagai kurban/ persembahan yang hidup, Paulus juga menasihatkan jemaat Roma agar mereka juga mempersembahkan tubuh mereka sebagai kurban yang kudus. Kudus berarti dipisahkan separated. Dengan kata lain, dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus, berarti kita memiliki keunikan yang lain dari dunia ini. Paulus bukan hanya mempersembahkan tubuh/hidupnya sebagai kurban yang hidup, tetapi ia juga mempersembahkan hidupnya sebagai kurban yang kudus. Dari manakah ia mempersembahkan kurban yang kudus itu? Dari Roh Kudus. Roh Kudus yang telah menguduskan hidup Paulus dan umat Tuhan, menuntut kita untuk mempersembahkan tubuh yang telah dikuduskan-Nya itu untuk dipakai memuliakan Tuhan. Kepada jemaat Korintus, Paulus mengajarkan konsep ini di dalam 1 Korintus. 619-20, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Melalui dua ayat ini, kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus atau dikuduskan Roh Kudus di dalam penebusan Kristus, sehingga kita harus memuliakan Tuhan melalui tubuh kita. Kata “tubuh” baik di dalam Roma 121 maupun 1 Korintus. 619-20 sama-sama menggunakan kata Yunani soma. Karena Roh Kudus yang telah menguduskan tubuh/hidup kita, maka kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus bagi-Nya yang berbeda dari dunia. Ketiga, ibadah sejati adalah ibadah yang menyenangkan Allah. Bukan hanya hidup dan kudus, ibadah sejati adalah ibadah yang berkenan kepada Allah. Kata “berkenan kepada Allah” adalah ibadah yang menyenangkan atau memuaskan Allah. Bagaimana ibadah bisa dikatakan menyenangkan Allah? Ibadah bisa menyenangkan Allah ketika ibadah dilakukan baik di gereja ataupun kehidupan sehari-hari bukan memuliakan diri, tetapi memuliakan Tuhan. Ibadah yang memuliakan diri adalah ibadah yang menggunakan segala cara untuk menyenangkan diri sebagai objek dan subjek ibadah. Ini dilakukan oleh orang-orang kafir di dalam Alkitab. Mereka beribadah untuk mencari keuntungan. Tetapi ibadah yang berpusat pada Allah yang menyenangkan-Nya adalah ibadah yang memuliakan Dia saja Soli Deo Gloria. Bukan hanya ibadah, pelayanan kita kepada Tuhan pun juga demikian. Di dalam pelayanan, pelayanan yang menyenangkan Allah adalah pelayanan yang berpusat dari Allah, oleh Allah, dan bagi Allah saja Rm. 1136. Sehingga pelayanan yang berpusat pada Allah adalah pelayanan yang tidak mencari keuntungan sendiri. PMP Janganpergi ke gereja di mana Anda ingin pergi; sebaliknya, pergilah ke tempat yang Tuhan ingin Anda tuju. Gereja bukan tentang kita-ini tentang menyembah Tuhan Yesus sebagai komunitas melalui Roh Kudus untuk kemuliaan nama Bapa. Tuhan memiliki tujuan bagi setiap anggota gereja, yang bertindak seperti anggota tubuh. Jakarta - Kurban merupakan salah satu anjuran dalam Islam yang hukumnya adalah sunnah muakkadah sangat dianjurkan. Lantas, bagaimana hukumnya berkurban atas nama orang lain?Simak penjelasan lengkapnya!Dilansir dari detikHikmah yang menukil Kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu karya Wahbah az-Zuhaili, dijelaskan bahwa kurban secara etimologis adalah sebutan bagi hewan yang disembelih saat Hari Raya Idul Adha. Menurut istilah fiqih, kurban adalah perbuatan menyembelih hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan dilakukan pada waktu tertentu. Dapat juga didefinisikan bahwa kurban adalah hewan yang disembelih pada Hari Raya Idul Adha dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah menjalankan kurban dimulai pada tahun ke-3 H, sama halnya dengan zakat dan salat hari raya. Dasar anjuran pelaksanaannya terdapat dalam Al-Qur'an, as-Sunnah, hingga ijma'.Dalil perintah kurban dalam Al-Quran disandarkan pada firman Allah SWT dalam surah Al-Kautsar ayat 2,فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢Artinya "Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!"Sementara itu, anjuran dalam hadis yang diterangkan Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi dalam Kitab Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah Sayyid Sabiq, disandarkan pada hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari hadis tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW berkurban dengan dua ekor kambing yang bertanduk dan gemuk. Beliau menyembelihnya sendiri seraya menyebut nama Allah SWT dan Kurban Atas Nama Orang LainMasih dalam buku yang sama, disebutkan bahwa mazhab Syafi'i berpendapat tidak diperbolehkan untuk berkurban atas nama orang lain tanpa seizin orang itu, sebagaimana tidak dibolehkan berkurban bagi orang yang sudah ada pengecualian apabila si mayit sudah mewasiatkan sebelumnya. Hal itu sebagaimana dalam firman Allah SWT,وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ ٣٩Artinya "Bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya." QS An Najm 39Jika si mayit sudah mewasiatkan sebelumnya, maka diperbolehkan untuk berkurban atas mayit tersebut. Dari wasiatnya itu, si mayit mendapatkan apabila seseorang berkurban atas nama orang lain yang sudah meninggal, maka wajib hukumnya menyedekahkan seluruh daging kurban kepada orang miskin. Sehingga, baik si pemilik maupun orang-orang kaya tidak boleh memakannya. Hal ini dikarenakan tidak mungkin mendapatkan izin dari si mayit untuk memakan daging mazhab Syafi'i hal serupa juga berlaku dalam hal kurban yang disebabkan oleh nadzar atau hewan yang disebabkan nadzar atau hewan yang sudah ditetapkan sebagai kurban. Dalam kondisi tersebut, maka daging hewan kurban tidak boleh dimakan oleh si pemilik kurban maupun pihak-pihak lain yang berada di bawah hewan yang telah ditetapkan sebagai kurban itu tiba-tiba melahirkan anak, maka anak dari hewan kurban itu juga harus ikut disembelih seperti demikian, diperbolehkan bagi si pemilik kurban memakan daging si anak hewan, sebagaimana kebolehan baginya meminum susu si induk hewan. Meskipun diperbolehkan untuk meminum susu dari anak hewan kurban tersebut, maka hukumnya itu, untuk kurban yang sifatnya sunnah, si pemilik kurban dianjurkan untuk turut memakan beberapa potong daging hewan itu untuk mendapatkan berkah dari kurban yang ia ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surah al-Hajj ayat 28,لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ ٢٨Artinya "Mereka berdatangan supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan sebagian lainnya berilah makan orang yang sengsara lagi fakir."Demikian penjelasan tentang hukum melaksanakan kurban untuk orang lain. Semoga membantu ya detikers! Simak Video "Kabar Haji 1444H Fasilitas Haji Semakin Ramah untuk Jamaah Lansia" [GambasVideo 20detik] urw/alk

SarapanPagiBiblika Ministry. Artikel terkait: - ASYERA - ISYTAR, di asyera-vt6296.html#p27035 - DEWA TAMUS, di dewa-tamus-vt7926.html#p40197 - NIMROD, di nimrod-namrud-vt4431.html#p24279. Namun sebenarnya ke-3 nama-nama ini tidak ada hubungannya dengan EASTER (PASKAH) yang diperingati umat Kristen pada hari ini, Minggu, 27 Maret 2016.

2 min readApril 2023 9-15 APRIL 20231 Petrus 24-5Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Bagaimana cara menggenapi panggilan, memperoleh hormat dan kemuliaan didalam hadirat Tuhan?Membuang segala kejahatan dan mengadopsi perilaku yang tulus, murni dan jujur hingga terjadi pertumbuhan rohani yang benar. Tidak berhenti sampai tahap tersebut, umat Tuhan juga harus tetap konsisten untuk datang kedalam hadirat Tuhan, memiliki sikap disiplin untuk berdoa, beribadah dan menjadi pelaku Firman, sehingga pilihan Tuhan yang tertulis dalam kita Yohanes 1516 tergenapi didalam kehidupan kita dan kita tidak hanya dipilih tetapi kita juga dimuliakan oleh Tuhan Roma 837.1 Petrus 24“Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.”Yohanes 1516“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” - Roma 8 37“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”2. Bagaimana cara melakukan ibadah yang sejati dimata Tuhan?Setelah datang kepada Allah dan menerima kasih karunia dari pada-Nya, kita harus mempersembahkan hidup kita yang kudus dan berkenan dimata Tuhan untuk membangun rumah Allah dan menjadi imamat yang imam perantara bagi orang-orang untuk datang kepada Kristus, sehingga hidup kita bukan lagi untuk diri kita sendiri tetapi untuk orang lain agar mereka dapat melihat Kristus melalui kehidupan kita sehingga mereka bertobat dan kembali kepada Kristus, karena itulah yang disebut ibadah yang Petrus 25“Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.”RenunganApakah hidup kita sudah kita serahkan sepenuhnya kepada Tuhan dengan menjadi pelaku Firman sehingga hidup kita menjadi surat terbuka Tuhan yang dapat dibaca oleh orang lain atau hidup kita masih tergantung pada keinginan dan kesukaan diri kita sendiri?Referensi1. Materi Presentasi2. Materi Rangkumanbatu penjurucare city church Mahasiswaunira mengadakan pembuatan dan pemasangan nama jalan di desa srigonco-bantur malang. Srigonco adalah sebuah desa yang subur dan asri, terletak di Kecamatan Bantur Kabupaten Malang tepatnya berada di 54 km dari pusat kota Malang. Luas wilayah desa Srigonco 811,9 HA dengan jumlah penduduk sebanyak 5.651 orang. Hidup dengan rukun dan
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 121-2 Perkenalan awal seseorang dengan ibadah biasanya bila ada daya tarik tertentu seperti makanan atau hadiah. Ada juga yang hanya datang ke gereja untuk bertemu teman atau sekedar memenuhi rasa ingin tahu dengan mendengar kisah menarik tentang tokoh-tokoh Alkitab. Daya tarik lainnya adalah perlombaan atau acara menarik saat Natal atau Paskah. Bagi pribadi kanak-kanak yang sederhana, ibadah itu menyenangkan karena banyak teman, hadiah, makanan, dan cerita menarik. Lalu, bagaimana cara ber ibadah yang berkenan pada Allah? Sebelumnya mari lihat ayat-ayat Firman yang memberi pengertian tentang ibadah yang keliru. Kesalahan apa saja yang cenderung kita lakukan dalam ibadah? Dan Seperti apa seharusnya ibadah yang sejati dan berkenan kepada Allah? Ibadah yang Keliru 1. Hanya Perintah Manusia “Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” – Matius 159 Mungkin sebagian dari kita menganggap ibadah sebagai kebiasaan turun-temurun dalam keluarga. Suatu rutinitas sejak kecil. Tanpa pengertian rohani, ibadah tampaknya hanya sekadar datang, duduk, dengar, dan pulang. Tanpa rasa haus dan lapar suatu kerinduan akan Tuhan ibadah hanya sekedar suatu aktivitas rutin yang bisa membosankan. Akibatnya, sepulang ibadah, beberapa orang langsung kembali ke kebiasaan lama, takut/kuatir, reaksi emosi yang keliru dan merasa diri benar/congkak. Ibadah demi ibadah yang dijalani akhirnya menjadi sebuah kegiatan fisik tanpa makna rohani yang disertai kerinduan untuk dekat kepada Tuhan. 2. Tidak Dengan Segenap hati Dan berkatalah Samuel kepada bangsa itu “Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.” – 1 Samuel 1220 Beberapa waktu lalu, ada seseorang memberi kesaksian bahwa dia sering terlambat dengan berbagai alasan tanpa menyadari bahwa sikap hati nya keliru sampai disadarkan Tuhan dan bertobat. Saya sering terlambat ibadah. Kala itu, saya berpikir Tuhan pasti mengerti keterlambatan ini bukan karena saya malas bangun atau tidur kesiangan. Saya bekerja dan memberi perpuluhan. Dan, saya merasa, Sudah bagus saya tetap pergi ibadah walaupun terlambat. Namun, suatu hari saya sadar bahwa ketika saya terlambat pergi ibadah, sebenarnya saya sudah membuat Tuhan tidak lagi berharga dan penting bagi hidup saya. Menyadari hal tersebut, saya merasa sedih, karena tanpa sadar saya telah menomorsatukan pekerjaan atau hal lain ketimbang Tuhan. Bila Anda sering terlambat datang ibadah? Apa pun alasannya, itu menunjukkan bahwa Anda belum dengan segenap hati datang kepada Tuhan. Jika Tuhan masih berharga dan penting bagi hidup Anda, Anda pasti akan berusaha pergi ibadah tepat waktu. 3. Mencari Keuntungan “… percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. – 1 Timotius 65 Tanpa sadar, ketika kita datang kepada Tuhan dalam ibadah, kita ingin diberkati. Kita ingin usaha kita dilancarkan, jodoh dipertemukan, keuangan diperbaiki, segala sakit-penyakit diangkat, dan hubungan dalam keluarga dipulihkan. Lalu, apakah salah jika kita memiliki pengharapan tersebut? Tentu, berharap itu sah-sah saja. Namun, jika hanya itu yang memotivasi kita untuk beribadah, berarti kita sudah menganggap ibadah sebagai suatu sumber keuntungan. Bukan lagi karena ingin dekat dengan Tuhan dan mengoreksi hidup kita lewat perenungan firman-Nya. Bila tidak ada kasih dan kerinduan pada Tuhan maka tidak ada keinginan untuk memuji dan menyembah Tuhan. Ibadah yang Berkenan Secara khusus di dalam Roma 121-2 yang akan kita bahas ini, rasul Paulus menasehatkan kita untuk tetap mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah sebagai ibadah yang sejati. Mari kita perhatikan apakah makna dari masing-masing kata di ayat tsb. berikut ini 1. Hidup. Kata hidup’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani zaō yang secara harafiah berarti bernafas, tidak mati’. Bukan hanya itu saja, kata ini juga mengandung makna segar, kuat, dan efisien’. 2. Kudus. Kata kudus’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani hagios yang secara harafiah berarti sakral, murni, tidak bercacat secara moral’. Orang percaya yang dikuduskan artinya dipisahkan dan disiapkan untuk setiap pekerjaan yang mulia 2 Timotius 221. 3. Berkenan kepada Allah. Kata berkenan’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani euarestos yang secara harafiah berarti menyenangkan, dapat diterima’. Dari ketiga makna yang rasul Paulus tekankan di atas, maka dapat dipahami bahwa ketika kita mempersembahkan tubuh kepada Tuhan, haruslah dengan potensi/karunia terbaik yang kita miliki, yang disertai dengan pertobatan dari dosa, dan menjalani segala sesuatunya sesuai dengan kehendak Allah, bukan sesuai keinginan kita. Dengan demikianlah kita sedang melakukan ibadah yang sejati. Ibadah yang sejati adalah ketika kita menjaga tubuh dan hidup kita agar tetap kudus sehingga berkenan kepada Allah. Tubuh dan hidup yang kudus berarti kita tidak mencemari diri dengan dosa. Tidak merusak bait Allah dalam tubuh kita dengan makanan tidak sehat, minuman keras, atau obat-obatan terlarang. Anda memastikan hidup kita dipakai sebagai alat kebenaran untuk Tuhan. Hidup kita mencerminkan kemuliaan, kebesaran, dan keindahan dari Allah sendiri. Rasul Paulus menekankan ini karena persembahan merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari sebuah ibadah. Dalam konteks Perjanjian Lama, pemahaman persembahan selalu merujuk kepada hewan kurban, dan hewan yang mau dipersembahkan harus sempurna, yaitu yang tidak bercacat cela. Namun, Kristus telah mati bagi kita di atas kayu salib, sehingga Paulus hendak menekankan bahwa tubuh kitalah yang menjadi persembahan itu sendiri, yang artinya di mana pun kita berada, kita sedang melakukan ibadah kepada Tuhan. Ini semua dapat kita lakukan dengan sukacita bila di sertai dengan perubahan pola pikir “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” – Roma 122 Ibadah yang sejati menuntut adanya perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir seperti apa yang Tuhan maksud? • Tidak lagi menilai segala sesuatu hanya dari materi, tetapi rela meluangkan tenaga, waktu, dan pikiran untuk membantu orang lain mengenal Tuhan secara cuma-cuma. “Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.” – 1 Tesalonika 28 • Pemikiran duniawi iri hati, amarah, dendam, kebencian digantikan dengan pemikiran yang rohani bersyukur, sabar, mengampuni, mengasihi. “Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.” – Roma 612 • Prinsip hidup yang tidak sesuai firman Tuhan berbohong demi kebaikan, yang penting happy, “jangan ganggu saya, toh, saya tidak ganggu kamu” tak lagi berlaku. Sebaliknya, kita memegang teguh kejujuran, ketulusan, peduli pada hidup orang lain, serta melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan. “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia.” – Efesus 417 Sudahkah Anda memiliki ibadah yang sejati, yang berkenan kepada Allah? Apakah ibadah Anda selama ini menjadikan Anda pribadi yang merefleksikan gambaran Tuhan—kasih-Nya, pengampunan-Nya, kecintaan-Nya akan Bait Allah, dan kepedulian-Nya terhadap orang miskin dan yang membutuhkan pertolongan? Kalau belum, mari kita sama-sama belajar untuk hidup kudus dan memperbaiki pola pikir, di manapun kita berada agar ibadah kita berkenan kepada Tuhan. A. Keluarga Keluarga adalah persekutuan gereja dalam ukuran yang terkecil. Dalam keluarga ada peran sebagai orangtua, suami, istri dan anak. Peran kita berbeda, tapi melihat apa yang sudah dibahas sebelumnya, setiap peran yang sudah Tuhan tetapkan bagi kita harus kita jalani dengan yang terbaik. Kehendak Allah kepada pribadi kita dalam sebuah keluarga dapat dilihat dari Efesus 522-28, 61-4, yakni sebagai pasangan suami istri harus menjalani kekudusan dengan setia pada pasangannya. Sebagai orangtua kita harus mendidik anak kita dengan nilai-nilai Firman Tuhan. Sebagai anak, kita bisa menghormati dan berbakti kepada orangtua kita. Inilah pelayanan kita di dalam keluarga sebagai wujud dari mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. B. Lingkungan Pekerjaan Dalam mempersembahkan tubuh kita sebagai wujud ibadah berikutnya adalah dalam lingkungan pekerjaan. Orang percaya dipanggil untuk bekerja, tetapi bukan sekedar bekerja, namun ia harus mampu menghasilkan buah Filipi 122. Tuhan Yesus pun mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu hal yang lebih dari yang diminta do extra mile – Matius 541. Seorang pimpinan dapat do extra mile dengan selalu mendukung bawahannya untuk bekerja lebih produktif, dan tidak lupa memberikan apresiasi untuk setiap pekerjaan baik yang telah dikerjakan. Seorang karyawan dapat do extra mile dengan cara tetap bertanggung jawab dan proaktif dalam mengerjakan pekerjaan lebih dari yang mungkin diharapkan oleh atasannya. Kita perlu mengingat nasehat Rasul Paulus bahwa apa pun yang kita perbuat, kita perbuat dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 323 Pekerjaan dan ibadah adalah satu kesatuan. Bekerja dengan cara melakukan yang terbaik disertai kejujuran dan melakukan semuanya dengan ketulusan untuk kemuliaan Tuhan, maka inilah wujud nyata dari mempersembahkan tubuh kita yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. C. Lingkungan Sekitar Kita adalah makhluk sosial, kita adalah pribadi yang Tuhan percayakan lahir di bangsa ini dengan masyarakat yang beragam. Di tengah-tengah keadaan ekonomi yang kurang baik saat ini, tentulah makin banyak orang-orang yang merasakan imbasnya, apalagi bagi orang-orang yang sejak semula memiliki kondisi ekonomi yang lemah. Orang percaya juga dipanggil untuk memperhatikan kelangsungan hidup mereka ini sesuai dengan apa yang Firman Tuhan katakan di Amsal 1917, “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.” Tidak perlu tunggu harus menjadi lebih berada untuk menolong orang yang kesusahan. Jika kita mau memberikan persembahan yang terbaik sebagai wujud ibadah yang sejati, inilah saatnya kita menolong orang disekitar kita yang mengalami kesusahan. Hal ini serupa apa yang dikatakan Ibrani 1316 “Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.” Jika sebelumnya kita berpikir bahwa mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah hanya dengan melakukan pelayanan atau pekerjaan di lingkungan gereja, sekarang kita memahami bahwa kehadiran kita di dalam keluarga, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sekitar adalah wujud nyata dari paradigma baru dalam mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah di zaman ini. Hal-hal ini selain merupakan wujud nyata penerapan dari Roma 121-2, juga merupakan wujud nyata menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini. Matius 513-16 Dan semakin banyak orang dunia yang mengenal Kristus melalui kita, maka kita pun akan menggenapi panggilan kita untuk menjalankan Amanat Agung. Amin, image source
Sedangkantasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Sumber Gambar kita memahami ibadah yang sejati? Sobatku kalaupun kita tidak mengerti dan memahami apa itu ibadah yang sejati, maka sudah pastinya kita akan salah menaikan ibadah yang sejati kepada Tuhan Yesus KristusIbadah bukan hanya memuji Tuhan dan mendengar Firman Tuhan yang di sampaikan oleh seoarang Pendeta, seperti di ibadah minggu pagi, ibadah keluarga, dan ibadah-ibadah lainya. Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus serta yang berkenaan kepada suatu ibadah yang benar, kadang kala, banyak orang percaya yang hanya secara rutinitas pergi ke Gereja namun jarang untuk mengaplikasikan kebenaran Firman yang telah di dengar di dalam langkah demikian hanyalah suatu kondisi hidup yang membuat ibadah kita menjadi sia-sia kepada Tuhan Yesus Kristus. Banyak orang percaya yang hanya, pergi ke Geraja mendengar Firman Tuhan, bernyanyi memulikan nama Tuhan, namun ketika pulang jarang untuk memberitahkan Firman Tuhan melalui ciri hidupnya. Inilah suatu kesalahan berpikir yang seharusnya dapat dibaharui, sebab tindakan-tindakan demikian adalah suatu kesalahan yang tidak akan membawa berkat bagi kehidupan kita. Apakah penting memahami apa itu ibadah yang sejati? Tentu sangatlah penting, Mengapa demikian, sobat Kristen, jika kita tidak mengerti apa itu ibadah yang sejati maka ibadah yang kita lakukan adalah suatu ibadah yang benar, tidak ada salahnya untuk pergi ibadah setiap hari, bahkan setiap jam dalam kehidupan kita, namun tanpa kita mengetahui apa itu ibadah yang sejati, maka sudah pastinya kita akan beranggapan bahwa saya adalah orang yang rajin, dan saya adalah orang yang diberkati Tuhan, karean saya rajin pergi ke Kristen, ibadah yang sejati bukanlah dilihat dari kerajinan kita kepada Tuhan, melalui ibadah-ibadah yang kita lakukan, melainkan ibadah yang sejati atau yang benar adalah ibadah yang rajin namun mampu mempersembahkan tubuh dan seluruh kehidupannya kepada Tuhan Yesus mengatakan dalam Roma 121. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati kamu, supaya kamu mempersembahkan tubumu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah; itu adalah ibadah yang sejtai."Sobat Kristen, sungguh jelas Alkitab mengatakan, sehingga sebagai orang percaya, janganlah hanya kita menjadikan ibadah sebagai rutinitas belaka, melainkan marilah kita memberikan diri kita seutuhnya bagi Tuhan, dan marilah kita memberitahkan Firman Tuhan kepada sesama-sesama kita, melalui perkataan, perbuatan, serta pikiran kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.
. 265 177 47 197 164 23 285 11

apakah nama lain dari ibadah yang sejati